Salah satu teman instansi menulis:
Lokalin:
Tulisan 13 Maret
Dear Friends,
Para Pemimpin yang dipercayakan Tuhan menjadi Pemimpin, Para Orang Tua
Sesepuh yang Penuh Kebijaksanaan..
Hari ini 13 Maret 2014, tanggal yang sakral biasanya, Friday (hr ini
bukan Friday sii) the Thirteen.. Film yang dulu ditunggu-tunggu. Duluuu, waktu
masi kanak2.. tp tgl 13 tidaklah seharusnya demikian… kalau hari ini memilih
menulis, itu karna sudah tak tertumpahkan lagi isi hati…
Semoga tulisan 13 Maret ini, terbaca oleh mu, Sahabat, Pemerhati, Para
Pemimpin yang kami jadikan Orang Tua bagi kami..
Cerita ini bermula saat keluarnya SK Penempatan, bangga akhirnya
ditempatkan, dipercaya Tuhan mengerjakan sesuatu yang besar, walau sedih juga
meninggalkan Medan utk mencintai kota baru.. Pekanbaru, Kota Bertuah.. September
2011.mencoba mengenal nya. Mencoba jatuh cinta.. J
Juni-Juli 2012 pertama kali merasakan Asap yang katanya ritual
tahunan di Kota ini.. Lumayan rasanya.. tapi dengan masker, dan semangat anak
muda, masih tak ada apa-apanya lah asap saat itu.. Masih dengan semangat
memantapkan diri meng HomeBase di Kota ini.. Krn bagi ku.. HomeBase adalah
dimana Keluargamu berada.. Menikah Juli 2012, Suami memutuskan pindah kesini..
karna menunggu istri menyusul ke Jakarta, mungkin akan lama.. Masih sama-sama
hati kami mencoba jatuh cinta pada Kota Bertuah.. Doakanlah Kotamu, agar damai
sejahtera turun atas nya dan bagimu yang tinggal di dalam
nya..
Juni-Juli 2013, ritual itu datang lagi… benarlah rasanya demikian,
sudah menjadi agenda tahunannya.. Liburan tengah tahun dari Jakarta. Masih di
pesawat saat mendekati landing time saat itu, tapi bau asap sudah menjemput..
bertambah pekat rasanya.. namun yahh tetap kita bertahan.. sekali
lagi, disinilah kita mencari makan, disinilah kita membangun rumah.. dimana
belahan hati berada, bagi kami itulah Home Base..
Januari 2014.. Puji Tuhan,, matahari mulai bersinar.. setelah
sepanjang Nov-Des 2013 yang dingin oleh hujan yg tumpah ruah membasahi.. saat
itu, sangat-sangat merindukan matahari rasanya..sungguh kebalikan dari perasaan
saat ini yg menangis dlm Doa untuk meminta Hujan.. Tapi itulah manusia..
Tapi kesenangan Januari 2014 itu mulai menyusut saat memasuki
Februari 2014.. oooooh asap.. semakin hari semakin pekat.. semakin bau.. semakin
kotor.. bertanya.. Kenapa bukan bulan Juni Juli? Kenapa awal tahun? Kala
pertanyaan itu belum terjawab, bertanya lagi..kenapa lebih 2 minggu? Dan hingga
saat ini. Kenapa tidak hujan? Kenapa makin pekat? Sampai kapan? Apa yang harus
kami lakukan?
Pertanyaan berubah menjadi khawatir ketika suami harus mengendari
motor setiap pagi, setiap sore menuju rumah kami yang kecil, yang kadang asap
terkungkung di dalam nya, dan harus diusir dengan kipas yg menari-nari
semalaman. Khawatir karna hari ini tenggorokan mulai sakit, minum sebanyak
apapun tapi tetap haus dan bibir pecah-pecah..
Khawatir dengan tanda ukur udara di jalan yang berubah dari “Sangat
Tidak Sehat menjadi Bahaya”, Khawatir dengan artikel seorang Dr Ahli Paru dari
RSUD Arifin Ahmad yang menyatakan Riau tidak layak huni, Khawatir dengan
Pernyataan oleh Pemimpin yang dituangkan dalam Judul Koran Tribun Pekanbaru
“Kita berserah pada Allah saja”., Khawatir dengan semakin banyaknya Pesawat yang
ditunda, di reschedule bahkan di batalkan penerbangannya…Khawatir dengan
aritkel-artikel yang bercerita tentang banyaknya pasien yang ISPA, Khawatir
karena di Kantor di ruangan lantai 3 ini dengan jendela tertutup, tanpa
ventilasi pun., asap memenuhi ruangan…
Teman-teman berbbm, ber Wa, ber twit.. sarankan untuk libur saja..
menjauh dari pekanbaru.. tapi tak semudah itu.. seadainya pun dapat pergi saat
ini.. bagaimana tahun depan? Mundurkah kami dari harapan untuk mencintai
HomeBase kami?
Bagaiman para Ibu penyapu jalan yang tidak mungkin pindah,
bagaimana anak-anak yang memang harus tumbuh besar di Bumi Lancang Kuning ini..
Bagaimana yang darah dan air matanya adalah cinta untuk Kota
ini?
Aku menulis karena tidak tahu, wahai para Pemimpin. Tidak kah bisa
mengirim hujan buatan lagi.. kalau sekali gagal, bisakah mencoba dua kali, kalau
gagal, bisakah tiga kali? Atau bisa kah yg seribu kali.. atau tidak pantaskah
kami di perjuangkan sampai beratus ribu kali? Bolehkan kami meminta perhatian mu
ya Bapak, orang tua kami, sedikit dari beratnya bebanmu utuk mengurus Bangsa
ini.. Diantara banyak bencana negri kita, bisakah kami meminta dana dan usaha
dari negara ini?
Untuk Pemimpin ku di Intansi ini.. hanya memohon Doamu ya Bapak..
semoga anak-anak Bapak yg mencintai pekerjaannya, yang dengan senang hati
mengganti HomeBase nya, menjadi tegar dimana saja HomeBase (belahan hati)nya
berada.semoga kami menjadi kuat, semoga kami menerima uluran perhatian dan
dukungan…
Penuh Cinta,
Perempuan yang mencoba menulis isi
hati…
Malamnya kucek, kuanalisa dan kudoakan untuk mereka. Lalu sedikit bantuan doaku:
Lokalin:
Ada kabar bahwa angin dan hujan akan
datang minggu ini. Angin berkekuatan sedang menuju utara, sedangkan gumpalan
awan mulai menuju Pekanbaru dan sekitarnya. Diamini saja, semoga
benar.
Saya pernah di Pekanbaru tahun 89an. Saat
itu tidak pernah terjadi kabut asap seperti ini. Cerita sejarah dulu, pendatang,
pemerintah dan masyarakat adat bersatu padu menjaga hutan. Sebetulnya,
masyarakat adat seharusnya tahu jika hutannya akan dibakar. Karena, setiap
jengkal tanah, termasuk hutan lindung sekalipun ada penguasa adatnya. Tidak akan
ada yang berani membakar tanpa sepengetahuan masyarakat adat. Hanya mencuri buah
nanas satu buah milik masyarakat adat saja sudah kena "voodo". Apalagi membakar
ribuan buah pohon milik mereka.
Analisis saya:
Ada
campur tangan sebagian masyarakat adat yang menikmati hasil pembakaran hutan,
kalau pemerintah jelas tahu. Soalnya, rata2 pembakar adalah calon pemilik
pabrik/ perkebunan yang izin ke pemerintah. Kalau hanya dibakar untuk menanam
lahan, ini cuman “omong kosong”. Selain itu, jangan terlalu berharap pada
pemerintah, mereka bukan orang lapangan.
Lalu
apa lagi penyebab pembiaran pembakaran hutan? Kurang pedulinya pendatang
terhadap masyarakat adat, sehingga mereka harus merelakan hutannya dijual. Coba
saja beri mereka pekerjaan atau alat pemotong kayu dan pembuat papan, pelatihan
pertanian dan perkebunan, maka hal ini dapat diminimalisir. Kalau yang mata
duitan ya tidak ada solusi lain selain melibatkan aparat penegak
hukum.
Kemudian,
apa yang bisa dilakukan ibuk untuk ikut peduli?
- Langkah
awal sudah benar dengan menulis di fordisk. Lanjutkan menulis di media social
dan tempat lain yang mendukung kepedulian ini. Misalnya di komunitas Jendela.
Perlu kesabaran dan ketekunan. Tulisan ibuk sudah cukup berisi, sehingga
InsyaAllah akan diterima. Kesabaran ini, misalnya saya pernah menulis di
bulletin Shalahudin DJP yang ada isi kritik budaya absen di DJP dibandingkan
dulu dan kritik terhadap Kraton yang baru kisruh dan mengorbankan rakyat, tetapi
ditolak. Akhirnya dengan membuat gaya bahasa yang berbeda dengan inti yang sama,
tulisan bisa masuk di Buku Berkah AR (meskipun belum ada kelanjutannya) dan
masuk di buku antologi “Berbagi” dari komunitas Jendela.
- Mencoba
merangkul organisasi social dan mahasiswa tentang penelitian pembakaran hutan
ini. Kemarin, organisasi di Yogya sudah coba saya contact, tetapi mereka belum
sanggup membantu. Baru focus di pengelolaan fakir miskin dan yatim piatu serta
program terbaru yaitu mencari orang tua asuh bagi salah seorang bayi yang baru
ditinggal mati bapaknya. Karena organisasi ini kekurangan tempat dan dana. Si
Ibu bayi merupakan salah satu contoh korban bully (dikucilkan di desanya)
sehingga harus mengungsi. Andaikan tidak ketemu organisasi ini dan Saudaranya
tidak membantu kemungkinan bayinya digugurkan dan ybs masuk penjara. Stop
bullying, OK?
Semoga
bermanfaat
#stop
bullying
Belum
tentu kamu lebih baik dari orang yang kamu hina. Satu jari menunjuk, maka empat
jari yang kembali. Tunjukkan kebaikan, maka 4 kali kebaikan yang akan kamu
terima kembali.
Yang
dibully pun gak usah lebay. Semua ada resikonya. Jika bisa bertahan dan
memperbaiki diri, maka akan ditingkatkan iman dan derajat takwanya. Kadang, itu
hanya perbedaan pendapat, belum saling mengenal dan mengedepankan persepsi
masing- masing.
Berapa persen ngefeknya, buktinya juga hujan turun setelah berbulan- bulan tidak turun hujan:
http://news.detik.com/read/2014/03/15/132537/2526702/10/setelah-disemai-garam-hujan-turun-di-pekanbaru
http://news.okezone.com/read/2014/03/15/340/955589/dua-bulan-diselimuti-asap-pekanbaru-akhirnya-diguyur-hujan
Pertanyaan yang sekarang justru timbul, adakah yang akan mempedulikan bayi yang ditinggal mati bapaknya oleh masyarakat Riau? Padahal tujuan utamaku adalah mengetuk hati mereka dengan balasan di fordisk instansiku. Minimal salah satu umat saja. Apakah mereka tahu bahwa doa harus dinyatakan dengan bukti, seperti contoh sohibbul kahfi yang tertidur di gua bertahun- tahun. Maka, kemarin kukatakan dalam doaku bahwa masih ada orang baik di Riau, salah satunya adalah pemosting di fordisk instansiku. Tetapi, kemungkinan besar setelah bencana asap selesai, maka mereka akan kembali ke rutinitas. Nasehatku di fordisk belum tentu diindahkan. Kadang menyesakkan mencampuri urusan Tuhan. Tuhan lebih tahu seharusnya bagaimana dan berapa lama untuk menyadarkan umat dengan musibahnya. Tapi aku yakin, keturunan akan datang akan menjadi lebih baik karena ada sedikit doaku disana. Seperti contoh yang kubantu doa memiliki keturunan, maka si ibu bayi menjadi peduli dengan yayasanku karena "bisikan si jabang bayi" katanya. Katanya bawaan si bayi selalu ingin main kerumahku dan selalu ingin membalas budi atas sedikit bantuan doaku, yang akhirnya kusarankan untuk membantu anggota yayasanku.
Hal lain yang cukup menyesakkan adalah ada yang mengambil keuntungan dari hal ini, misalnya menganggap itu hanya karena ditabur garam, itu faktor SBY, dll......Tidak apa- apa, semoga lain kali aku bisa menjadi lebih bijak.
Seringkali aku mengalami hal serupa, termasuk membantu SP/RA kecil, maka belum tentu mereka membantuku dan anggota yayasanku secara langsung, terutama saat ini adalah bayi yang ditinggal mati bapaknya. Niatku adalah membantu team spiritual yang salah satunya adalah temanku. Temanku adalah salah satu yang sangat peduli terhadap orang lain, negara dan tentunya anggota yayasanku. Sambil mengumpulkan orang- orang baik. Semoga Allah menunjukkan bantuannya melalui tangan orang lain, bukan secara langsung dari orang yang kami tolong. Semoga Allah memudahkan jalan bagi yayasan kami.
#Kepedulian dan kebajikan seperti rantai yang saling menguatkan, seperti sapu yang digunakan untuk membersihkan, semakin banyak maka hasilnya semakin kuat dan semakin baik. Semoga umat menyadarinya. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar