Minggu, 16 Maret 2014

Sedikit Bantuan Doa untuk RIAU

Salah satu teman instansi menulis:
Lokalin:
Tulisan 13 Maret
Dear Friends,
Para Pemimpin yang dipercayakan Tuhan menjadi Pemimpin, Para Orang Tua Sesepuh yang Penuh Kebijaksanaan..
Hari ini 13 Maret 2014, tanggal yang sakral biasanya, Friday (hr ini bukan Friday sii) the Thirteen.. Film yang dulu ditunggu-tunggu. Duluuu, waktu masi kanak2.. tp tgl 13 tidaklah seharusnya demikian… kalau hari ini memilih menulis, itu karna sudah tak tertumpahkan lagi isi hati…
Semoga tulisan 13 Maret ini, terbaca oleh mu, Sahabat, Pemerhati, Para Pemimpin yang kami jadikan Orang Tua bagi kami..
Cerita ini bermula saat keluarnya SK Penempatan, bangga akhirnya ditempatkan, dipercaya Tuhan mengerjakan sesuatu yang besar, walau sedih juga meninggalkan Medan utk mencintai kota baru.. Pekanbaru, Kota Bertuah.. September 2011.mencoba mengenal nya. Mencoba jatuh cinta.. J
Juni-Juli 2012 pertama kali merasakan Asap yang katanya ritual tahunan di Kota ini.. Lumayan rasanya.. tapi dengan masker, dan semangat anak muda, masih tak ada apa-apanya lah asap saat itu.. Masih dengan semangat memantapkan diri meng HomeBase di Kota ini.. Krn bagi ku.. HomeBase adalah dimana Keluargamu berada.. Menikah Juli 2012, Suami memutuskan pindah kesini.. karna menunggu istri menyusul ke Jakarta, mungkin akan lama.. Masih sama-sama hati kami mencoba jatuh cinta pada Kota Bertuah.. Doakanlah Kotamu, agar damai sejahtera turun atas nya dan bagimu yang tinggal di dalam nya..
Juni-Juli 2013, ritual itu datang lagi… benarlah rasanya demikian, sudah menjadi agenda tahunannya.. Liburan tengah tahun dari Jakarta. Masih di pesawat saat mendekati landing time saat itu, tapi bau asap sudah menjemput.. bertambah pekat rasanya.. namun yahh tetap kita bertahan..  sekali lagi, disinilah kita mencari makan, disinilah kita membangun rumah.. dimana belahan hati berada, bagi kami itulah Home Base..
Januari 2014.. Puji Tuhan,, matahari mulai bersinar.. setelah sepanjang Nov-Des 2013 yang dingin oleh hujan yg tumpah ruah membasahi.. saat itu, sangat-sangat merindukan matahari rasanya..sungguh kebalikan dari perasaan saat ini yg menangis dlm Doa untuk meminta Hujan.. Tapi itulah manusia..
Tapi kesenangan Januari 2014 itu mulai menyusut saat memasuki Februari 2014.. oooooh asap.. semakin hari semakin pekat.. semakin bau.. semakin kotor.. bertanya.. Kenapa bukan bulan Juni Juli? Kenapa awal tahun? Kala pertanyaan itu belum terjawab, bertanya lagi..kenapa lebih 2 minggu? Dan hingga saat ini. Kenapa tidak hujan? Kenapa makin pekat? Sampai kapan? Apa yang harus kami lakukan?
Pertanyaan berubah menjadi khawatir ketika suami harus mengendari motor setiap pagi, setiap sore menuju rumah kami yang kecil, yang kadang asap terkungkung di dalam nya, dan harus diusir dengan kipas yg menari-nari semalaman. Khawatir karna hari ini tenggorokan mulai sakit, minum sebanyak apapun tapi tetap haus dan bibir pecah-pecah..
Khawatir dengan tanda ukur udara di jalan yang berubah dari “Sangat Tidak Sehat menjadi Bahaya”, Khawatir dengan artikel seorang Dr Ahli Paru dari RSUD Arifin Ahmad yang menyatakan Riau tidak layak huni, Khawatir dengan Pernyataan oleh Pemimpin yang dituangkan dalam Judul Koran Tribun Pekanbaru “Kita berserah pada Allah saja”., Khawatir dengan semakin banyaknya Pesawat yang ditunda, di reschedule bahkan di batalkan penerbangannya…Khawatir dengan aritkel-artikel yang bercerita tentang banyaknya pasien yang ISPA, Khawatir karena di Kantor di ruangan lantai 3 ini dengan jendela tertutup, tanpa ventilasi pun., asap memenuhi ruangan…
Teman-teman berbbm, ber Wa, ber twit.. sarankan untuk libur saja.. menjauh dari pekanbaru.. tapi tak semudah itu.. seadainya pun dapat pergi saat ini.. bagaimana tahun depan? Mundurkah kami dari harapan untuk mencintai HomeBase kami?
Bagaiman para Ibu penyapu jalan yang tidak mungkin pindah, bagaimana anak-anak yang memang harus tumbuh besar di Bumi Lancang Kuning ini.. Bagaimana yang darah dan air matanya adalah cinta untuk Kota ini?
Aku menulis karena tidak tahu, wahai para Pemimpin. Tidak kah bisa mengirim hujan buatan lagi.. kalau sekali gagal, bisakah mencoba dua kali, kalau gagal, bisakah tiga kali? Atau bisa kah yg seribu kali.. atau tidak pantaskah kami di perjuangkan sampai beratus ribu kali? Bolehkan kami meminta perhatian mu ya Bapak, orang tua kami, sedikit dari beratnya bebanmu utuk mengurus Bangsa ini.. Diantara banyak bencana negri kita, bisakah kami meminta dana dan usaha dari negara ini?
Untuk Pemimpin ku di Intansi ini.. hanya memohon Doamu ya Bapak.. semoga anak-anak Bapak yg mencintai pekerjaannya, yang dengan senang hati mengganti HomeBase nya, menjadi tegar dimana saja HomeBase (belahan hati)nya berada.semoga kami menjadi kuat, semoga kami menerima uluran perhatian dan dukungan…

Penuh Cinta,
Perempuan yang mencoba menulis isi hati…


Malamnya kucek, kuanalisa dan kudoakan untuk mereka. Lalu sedikit bantuan doaku:

Lokalin:
Ada kabar bahwa angin dan hujan akan datang minggu ini. Angin berkekuatan sedang menuju utara, sedangkan gumpalan awan mulai menuju Pekanbaru dan sekitarnya. Diamini saja, semoga benar.
Saya pernah di Pekanbaru tahun 89an. Saat itu tidak pernah terjadi kabut asap seperti ini. Cerita sejarah dulu, pendatang, pemerintah dan masyarakat adat bersatu padu menjaga hutan. Sebetulnya, masyarakat adat seharusnya tahu jika hutannya akan dibakar. Karena, setiap jengkal tanah, termasuk hutan lindung sekalipun ada penguasa adatnya. Tidak akan ada yang berani membakar tanpa sepengetahuan masyarakat adat. Hanya mencuri buah nanas satu buah milik masyarakat adat saja sudah kena "voodo". Apalagi membakar ribuan buah pohon milik mereka.
Analisis saya:
Ada campur tangan sebagian masyarakat adat yang menikmati hasil pembakaran hutan, kalau pemerintah jelas tahu. Soalnya, rata2 pembakar adalah calon pemilik pabrik/ perkebunan yang izin ke pemerintah. Kalau hanya dibakar untuk menanam lahan, ini cuman “omong kosong”. Selain itu, jangan terlalu berharap pada pemerintah, mereka bukan orang lapangan.
Lalu apa lagi penyebab pembiaran pembakaran hutan? Kurang pedulinya pendatang terhadap masyarakat adat, sehingga mereka harus merelakan hutannya dijual. Coba saja beri mereka pekerjaan atau alat pemotong kayu dan pembuat papan, pelatihan pertanian dan perkebunan, maka hal ini dapat diminimalisir. Kalau yang mata duitan ya tidak ada solusi lain selain melibatkan aparat penegak hukum.
Kemudian, apa yang bisa dilakukan ibuk untuk ikut peduli?
-          Langkah awal sudah benar dengan menulis di fordisk. Lanjutkan menulis di media social dan tempat lain yang mendukung kepedulian ini. Misalnya di komunitas Jendela. Perlu kesabaran dan ketekunan. Tulisan ibuk sudah cukup berisi, sehingga InsyaAllah akan diterima. Kesabaran ini, misalnya saya pernah menulis di bulletin Shalahudin DJP yang ada isi kritik budaya absen di DJP dibandingkan dulu dan kritik terhadap Kraton yang baru kisruh dan mengorbankan rakyat, tetapi ditolak. Akhirnya dengan membuat gaya bahasa yang berbeda dengan inti yang sama, tulisan bisa masuk di Buku Berkah AR (meskipun belum ada kelanjutannya) dan masuk di buku antologi “Berbagi” dari komunitas Jendela.
-          Mencoba merangkul organisasi social dan mahasiswa tentang penelitian pembakaran hutan ini. Kemarin, organisasi di Yogya sudah coba saya contact, tetapi mereka belum sanggup membantu. Baru focus di pengelolaan fakir miskin dan yatim piatu serta program terbaru yaitu mencari orang tua asuh bagi salah seorang bayi yang baru ditinggal mati bapaknya. Karena organisasi ini kekurangan tempat dan dana. Si Ibu bayi merupakan salah satu contoh korban bully (dikucilkan di desanya) sehingga harus mengungsi. Andaikan tidak ketemu organisasi ini dan Saudaranya tidak membantu kemungkinan bayinya digugurkan dan ybs masuk penjara. Stop bullying, OK?
Semoga bermanfaat
#stop bullying
Belum tentu kamu lebih baik dari orang yang kamu hina. Satu jari menunjuk, maka empat jari yang kembali. Tunjukkan kebaikan, maka 4 kali kebaikan yang akan kamu terima kembali.

Yang dibully pun gak usah lebay. Semua ada resikonya. Jika bisa bertahan dan memperbaiki diri, maka akan ditingkatkan iman dan derajat takwanya. Kadang, itu hanya perbedaan pendapat, belum saling mengenal dan mengedepankan persepsi masing- masing.

Berapa persen ngefeknya, buktinya juga hujan turun setelah berbulan- bulan tidak turun hujan:
http://news.detik.com/read/2014/03/15/132537/2526702/10/setelah-disemai-garam-hujan-turun-di-pekanbaru

http://news.okezone.com/read/2014/03/15/340/955589/dua-bulan-diselimuti-asap-pekanbaru-akhirnya-diguyur-hujan

Pertanyaan yang sekarang justru timbul, adakah yang akan mempedulikan bayi yang ditinggal mati bapaknya oleh masyarakat Riau? Padahal tujuan utamaku adalah mengetuk hati mereka dengan balasan di fordisk instansiku. Minimal salah satu umat saja. Apakah mereka tahu bahwa doa harus dinyatakan dengan bukti, seperti contoh sohibbul kahfi yang tertidur di gua bertahun- tahun. Maka, kemarin kukatakan dalam doaku bahwa masih ada orang baik di Riau, salah satunya adalah pemosting di fordisk instansiku. Tetapi, kemungkinan besar setelah bencana asap selesai, maka mereka akan kembali ke rutinitas. Nasehatku di fordisk belum tentu diindahkan. Kadang menyesakkan mencampuri urusan Tuhan. Tuhan lebih tahu seharusnya bagaimana dan berapa lama untuk menyadarkan umat dengan musibahnya. Tapi aku yakin, keturunan akan datang akan menjadi lebih baik karena ada sedikit doaku disana. Seperti contoh yang kubantu doa memiliki keturunan, maka si ibu bayi menjadi peduli dengan yayasanku karena "bisikan si jabang bayi" katanya. Katanya bawaan si bayi selalu ingin main kerumahku dan selalu ingin membalas budi atas sedikit bantuan doaku, yang akhirnya kusarankan untuk membantu anggota yayasanku.

Hal lain yang cukup menyesakkan adalah ada yang mengambil keuntungan dari hal ini, misalnya menganggap itu hanya karena ditabur garam, itu faktor SBY, dll......Tidak apa- apa, semoga lain kali aku bisa menjadi lebih bijak.

Seringkali aku mengalami hal serupa, termasuk membantu SP/RA kecil, maka belum tentu mereka membantuku dan anggota yayasanku secara langsung, terutama saat ini adalah bayi yang ditinggal mati bapaknya. Niatku adalah membantu team spiritual yang salah satunya adalah temanku. Temanku adalah salah satu yang sangat peduli terhadap orang lain, negara dan tentunya anggota yayasanku. Sambil mengumpulkan orang- orang baik. Semoga Allah menunjukkan bantuannya melalui tangan orang lain, bukan secara langsung dari orang yang kami tolong. Semoga Allah memudahkan jalan bagi yayasan kami.

#Kepedulian dan kebajikan seperti rantai yang saling menguatkan, seperti sapu yang digunakan untuk membersihkan, semakin banyak maka hasilnya semakin kuat dan semakin baik. Semoga umat menyadarinya. Amin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar