Selasa, 25 Oktober 2016

Cara Belajar Spiritual

Berikut saya resume cara belajar spiritual. Tidak bisa 100 % tepat, tetapi paling tidak mendekati dan ada pedoman.

Yang terpenting, saya bisa cek kemampuan spiritual Anda di tempat. Saya masukkan energi Anda ke tasbih dan dicek tingkatan spiritual Anda. Jadi, kalau ke tempat saya, bawa tasbih ya. Yang bagus kayunya, misalnya stigi atau cocca. Kalau kayu biasa, sering tidak kuat menampung energi. Yang 33 saja tidak apa- apa, supaya murah di ongkos. Nanti tasbihnya bisa bergerak sendiri. Jadi, energi jika telah berhasil kita kendalikan (kita telah berhasil mengendalikan energi alam) maka bisa dimanifestasikan lewat sesuatu. Dengan pergerakan, dengan bentuk, dll. Saya pribadi secara langsung bisa tanpa perantara. Namun, untuk meyakinkan Anda harus saya tunjukkan lewat praktek. Inipun bisa untuk kelanjutan pembelajaran berikutnya. Pembelajaran ini sampai Anda mampu mengendalikan energi di tasbih tersebut. Kalau level sarjana bisa, maka saya tingkatkan energi level s2, dsb. Kalau mau cari pembimbing lain juga silahkan, cari saja yang bisa mengendalikan energi di tasbih tersebut. maka ybs memang orang berilmu. Yang tidak suka cara di atas, bisa melalui mimpi, gambaran baik bentuk tertentu maupun cahaya dan getaran. Sampai tingkat tertinggi, dan perlu pembuktian ekstrem, kita berani menginjak pusaka ampuh. Pada dasarnya pusaka itu hanya media. Nah ini supaya yang khawatir ini mendekati syirik tidak khawatir lagi.

Saya tidak memakai media manusia sebagai medium karena bisa tidak kuat, blank, kesurupan, berubah watak, dan sebetulnya bersekutu dengan jin/ roh/ siluman tidak boleh. Roh kita harus independen. Kalau sudah terlanjur, bisa kita kondisikan "ngemong/ mendampingi" tanpa masuk raga. Inipun perogratif kita sebagai manusia harus terjaga.

Selain tingkat spiritual, gaib di benda, di tubuh, yang menemui lewat mimpi atau langsung itu apa dan menipu/ tidak juga bisa saya cek. Lokasi Yogya.

Ini sudah ribuan yang saya beri energi tasbih. Hanya puluhan yang bisa. Tapi saya ada teknik terbaru supaya cepat bisa. Asal masih ada nur ilahi dan sifat kebaikan di diri. Ini sudah dibuktikan diruqyah di Mekah/ Ka'bah. Energi tidak hilang. Termasuk dibawa ke kamar mandi, bebas. Karena ini tatarannya lebih tinggi dari Kodam dan bukan Kodam. Ini adalah energi nur ilahi/tuhan/alam.

Tahap awal, Anda menceritakan dulu diri Anda plus foto. Lalu saya analisis.

Lewat gambaran profil: ketertarikan, kebiasaan, hal gaib, teknologi, kegemaran, bisa dianalisis sementara.

Tahap selanjutnya adalah praktek ilmu.
Nanti menetralisir benda pusaka, tasbih, dsb, bahkan jika yang master boleh menginjak pusaka ampuh. Saya bisa menyediakan energi sesuai tingkatan untuk dapat ditaklukkan/ dikendalikan. Untuk praktek sendiri juga bisa. Yang paling mengena adalah dengan membantu orang lain yang sedang kesusahan maupun terkena gangguan ghaib. Nanti akan ada tugas sesuai tingkatannya.


Materi ini sedang dipakai dalam novel bocah angin.

Selasa, 18 Oktober 2016

Cara Belajar Spiritual: Makrifat dulu Vs Syariat dulu

Nah, sekali-kali saya bikin status yang lumayan berani. Berani dalam arti menyinggung orang. Karena istilah berani bagi saya adalah berani mengendalikan diri, dimana selama ini saya cenderung sopan. Tetapi, mengingat banyak ahli spiritual yang melenceng, maka saya juga harus tegas.

Belajar spiritual dari tahap syariat, maka hasilnya 10 % berhasil sampai makrifat dan 90 % mentok di syariat. Ini contohnya yang belajar agama dari kecil. Ini contohnya Kyai , Biksu, Romo, dll. Mereka yang 10 %. Tetapi, jamaahnya hanya mentok di tataran syariat (yang 90 %). Maka, jika ada pembaca yang ada pada lingkaran 90 % ini, keluarlah dan cobalah untuk berkembang.

Belajar spiritual langsung ke tahap makrifat, maka hasilnya 1 % berhasil 99 % tersesat. Ini tidak termasuk yang beruntung langsung dapat guru spiritual yang yahud lho. Berapa banyak yang wadahnya belum kuat terus gila dan membunuh anaknya sendiri sebagai "penyempurna ilmu"?. Maunya seperti Nabi Ibrahim, padahal pembisiknya setan, bukan Malaikat Jibril. Berapa banyak yang terjebak duniawi, pelet, rampok, santet, dll? Yang hampir semuanya adalah para pelaku spiritual.

Saya mencontohkan lagi seorang Guru Kedaerahan yang memiliki 150.000 pengikut. Guru Kedaerahan ini yang mengakui kekuatan tertinggi adalah penguasa salah satu laut. Maka, ybs mentok di situ. Apakah tidak ada yang menguasai laut lebih luas lagi? Langit? Bumi? Gunung? Lalu, bagaimana dengan pengikutnya? Otomatis akan lebih jauh di bawah beliau. Guru ini bisa sampai dunia roh dan malaikat/ bidadari, tapi belum bisa sampai dunia Dewa/ Tuhan. Lalu, bagaimana pengikutnya? Lebih rendah lagi. Kalau ada pembaca yang berada dalam lingkaran ini, keluarlah, cobalah untuk berfikir. Saya cukup prihatin dengan hal ini.

Lalu, bagaimana yang betul? Dua- duanya ditempuh. Dan saat belajar, kosongkan "gelas" anda. Karena jika anda sudah merasa hebat, maka artinya anda juga sudah "mentok". Begitupun jika anda telah mengikuti guru yang salah. Saya menyebutnya guru, karena ilmu tidak ada yang salah, tinggal cara dan tujuan menggunakannya. Misalnya, ilmu kebal apakah untuk merampok atau untuk mengusir penjajah? Dll. Nah, saat anda mengikuti guru yang salah padahal anda mati- matian membelanya, maka anda juga sudah "mentok". Karena itu, kosongkan gelas anda dan terimalah nasihat atau ilmu orang lain kemudian disaring lagi. Barulah anda di suatu titik bisa menemukan "dewa ruci", guru spiritual sejati.

Cara Belajar Spiritual: Makrifat dulu Vs Syariat dulu

Nah, sekali-kali saya bikin status yang lumayan berani. Berani dalam arti menyinggung orang. Karena istilah berani bagi saya adalah berani mengendalikan diri, dimana selama ini saya cenderung sopan. Tetapi, mengingat banyak ahli spiritual yang melenceng, maka saya juga harus tegas.

Belajar spiritual dari tahap syariat, maka hasilnya 10 % berhasil sampai makrifat dan 90 % mentok di syariat. Ini contohnya yang belajar agama dari kecil. Ini contohnya Kyai , Biksu, Romo, dll. Mereka yang 10 %. Tetapi, jamaahnya hanya mentok di tataran syariat (yang 90 %). Maka, jika ada pembaca yang ada pada lingkaran 90 % ini, keluarlah dan cobalah untuk berkembang.

Belajar spiritual langsung ke tahap makrifat, maka hasilnya 1 % berhasil 99 % tersesat. Ini tidak termasuk yang beruntung langsung dapat guru spiritual yang yahud lho. Berapa banyak yang wadahnya belum kuat terus gila dan membunuh anaknya sendiri sebagai "penyempurna ilmu"?. Maunya seperti Nabi Ibrahim, padahal pembisiknya setan, bukan Malaikat Jibril. Berapa banyak yang terjebak duniawi, pelet, rampok, santet, dll? Yang hampir semuanya adalah para pelaku spiritual.

Saya mencontohkan lagi seorang Guru Kedaerahan yang memiliki 150.000 pengikut. Guru Kedaerahan ini yang mengakui kekuatan tertinggi adalah penguasa salah satu laut. Maka, ybs mentok di situ. Apakah tidak ada yang menguasai laut lebih luas lagi? Langit? Bumi? Gunung? Lalu, bagaimana dengan pengikutnya? Otomatis akan lebih jauh di bawah beliau. Guru ini bisa sampai dunia roh dan malaikat/ bidadari, tapi belum bisa sampai dunia Dewa/ Tuhan. Lalu, bagaimana pengikutnya? Lebih rendah lagi. Kalau ada pembaca yang berada dalam lingkaran ini, keluarlah, cobalah untuk berfikir. Saya cukup prihatin dengan hal ini.

Lalu, bagaimana yang betul? Dua- duanya ditempuh. Dan saat belajar, kosongkan "gelas" anda. Karena jika anda sudah merasa hebat, maka artinya anda juga sudah "mentok". Begitupun jika anda telah mengikuti guru yang salah. Saya menyebutnya guru, karena ilmu tidak ada yang salah, tinggal cara dan tujuan menggunakannya. Misalnya, ilmu kebal apakah untuk merampok atau untuk mengusir penjajah? Dll. Nah, saat anda mengikuti guru yang salah padahal anda mati- matian membelanya, maka anda juga sudah "mentok". Karena itu, kosongkan gelas anda dan terimalah nasihat atau ilmu orang lain kemudian disaring lagi. Barulah anda di suatu titik bisa menemukan "dewa ruci", guru spiritual sejati.