Minggu, 08 Desember 2013

TEORI KETUHANAN (Semoga, setelah memahami Teori Ketuhanan ini, tidak ada lagi saling menghujat dan merasa benar sendiri lagi, karena yang tertinggi ilmunya adalah orang yang paling beriman, yaitu paling dekat dengan Allah SWT)

TEORI KETUHANAN ini sudah sejak lama ingin ditampilkan/ dipublikasikan, akan tetapi perlu timing yang tepat. Setelah pertimbangan yang matang dan diskusi dengan Guru Besar/ kyai selaku sesepuh, pendiri dan pembina kasepuhan dan Yayasan, maka sekaranglah saat yang tepat.

TEORI KETUHANAN ini berdasarkan penggabungan ilmu syariat, tarikat, hakikat dan makrifat (Islam) atau gabungan ilmu binatang/tumbuhan, ilmu kitab, ilmu nabi dan ilmu alam (Jawa dan nasional).

TEORI KETUHANAN ini awalnya disiapkan untuk Prof Dr Damarjati Supajar. Ada mahasiswanya yang menulis bahwa beliau belum menemukan Teori Ketuhanan ini. Ternyata, setelah bertemu beliau, sudah berhasil menemukan. Mahasiswanya menulis blog untuk beberapa tahun yang lalu, tetapi baru2 saja dipublikasikan. Termasuk alamatnya di Pakem, padahal hanya di Perum Banteng dekat PLN Jl Kaliurang.

Awal pertemuan, pada saat mengantar undangan dari Guru Besar/ Kyai selaku sesama ahli spiritual. Tetapi, Prof Dr Damarjati Supajar sedang ada reuni di Semarang sehingga kami belum berkesempatan bertemu kembali saat pelaksanaan pengajian. Tidak mungkin pula saya selalu mendatangi beliau, karena beberapa teori berbeda. Bukan secara prinsip, tetapi secara sudut pandang. Sehingga kami harus saling menghargai pendapat masing- masing tanpa saling menjatuhkan. Semoga, suatu saat, tidak tahu lewat tangan Allah yang mana suatu saat Teori ini bisa sampai ke tangan beliau. Kalaupun saya harus mempelajari teori ketuhanan beliau, harus menunggu tengah malam saat bulan purnama. Melihat fisik beliau, saya justru kasihan. Biarlah kami berjalan sendiri2 sesuai pemahaman kami, kalau Allah menghendaki, maka kami bisa bersatu.

Karena pada dasarnya sulit menyatukan sesama Guru Besar/ Kyai, karena levelnya hampir sama dan memang kadang harga dirinya agak ditonjolkan. Inipun terjadi saat saya mengajak Kyai Besar di sekitar makam Bala'an Sukoharjo. Juga Bapak Guru di Weleri. Ingin rasanya mereka dan Guru Besar/Kyai saya bersatu. Semoga, suatu saat bisa bersatu.

Minggu sebelum Acara Pengenalan YAYASAN Dan Ikrar Anggota Kehormatan. Hari/Tanggal : Kamis, 22 Agustus 2013, saya mencari rumah Prof Dr Damarjati Supajar karena amanat dari Bpk Guru Besar/ Kyai.....
Awalnya saya menuju pakem, sesuai alamat di blog mahasiswanya ternyata alamatnya tidak ada yang tahu. Kemudian saya ke tempat teman di Donoharjo menanyakan alamat sebenarnya. Yaitu di Belakang rumah Makan Padang sekitar UGM, sesuai alamat pada saat Prof Dr Damarjati Supajar mengisi acara di TVRI. Setelah saya datangi dan bertanya tetangga, ternyata alamat sebenarnya di daerah Sardonoharjo, dekat Kupat Tahu. Kesana, lalu ketemu anaknya......baru dikasih tahu alamat terbaru yaitu di Perumahan Banteng, PLN Jl Kaliurang masuk. Rumahnya dekat TK yang banyak mobil antiknya.

Orangnya sangat sederhana, langsung mempersilahkan duduk dan menanyakan keperluan saya...dan saya sampaikan apakah kenal dengan Pak Guru/Kyai saya, katanya kenal...hanya mempermasalahkan, kenapa guru saya memakai nama sepuh yang tinggi sekali, siapa yang memberi nama.....kemudian saya terangkan bahwa itu hanya nama yang ada maknanya. Kemudian nama guru besar/ kyai saya juga banyak dipakai nama jalan atau kampus. Baru, beliau bisa menerima.

Saya dites tidak ada, sebenarnya ada atau tidak....saya bingung menjawab antara keyakinan saya atau berempati kepada beliau. Untung saya jawab tidak ada....berarti sesuai keinginan beliau. Padahal jawaban ini juga relatif, sudut pandang mana dan untuk siapa dijawab. Kalau menjawab orang Budha maka jawabannya ada.

Termasuk pertanyaan 0 dan 1, kemudian terang atau gelap......dan soal moksa.

Dan inilah TEORI KETUHANAN berdasarkan hal diatas:






Tidak ada komentar:

Posting Komentar